KIsah Salman Al Farisi Mencari Hidayah (Episod 1)
Easystem   24 September 2018   Dibaca 1078 kali  

 Episod 1

  Allah Subhanahu Wata'ala di dalam Al-Qur'an banyak menyebutkan tentang pahala dan keutamaan orang-orang yang beriman. Di dalam Al-Qur'an, Allah Subhanahu Wata'ala memerintahkan ummat manusia untuk beriman kepada Allah Ta'ala. Dan Allah Subhanahu Wata'ala telah menjelaskan pula sebab-sebab yang mungkin bisa dilakukan oleh seorang hambda sehingga dia benar-benar menjadi seorang yang beriman dengan tingkat keimanannya yang begitu tinggi.

Keimanan seorang akan bertambah tetkala ia beribadah melaksanakan amal ketaatan kepada Allah Ta'ala dan sebaliknya keimanan seorang hamba akan berkurang dan menipis tatkala ia melakukan kemaksiatan kepada Allah Ta'ala. Hal ini merupakan salah satu  prinsip dan aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah. "Iman dapat bertambah dan dapat pula berkurang. Iman akan bertambah dengan ketaatan dan akan semakin berkurang dengan kemaksiatan." 

   Banyak sekali cara yang bisa dilakukan oleh seorang hamba untuk meningkatkan keimanannya. Diantara cara tersebut adalah mencintai, memuliakan dan menghormati para Rasulullah SAW. Di dalam sebuah hadits disebutkan dari Anas R.A bahwa Nabi SAW bersabda:

"Mencantai orang-orang Ansharr merupakan tanda keimanan dan membenci orang-orang Anshar merupadakan tanda kemunafikan" (Shahih Muslim)

Di dalam setiap kitab dan karya tulis yang ditorehkan oleh para ulama As Salaf, kitab yang menjelaskan tentang ushul i'tiqah Ahlus Sunnah tidak pernah luput dan tertinggal pembahasan mencintai sahabat Rasulullah. Bahkan para ulama As Salaf menjadikan prinsip ini sebagai salah satu yang membedakan Ahlus Sunnah dengan Ahlul Bid'ah. Karena ketika dia mencintai sahabat Rasulullah berarti dia mencintai Rasulullah SAW beserta sunnahnya dan ketika dia membenci sahabat artinya dia membenci Rasulullah SAW beserta sunnahnya. Karena sunnah yang diajarkan Nabi SAW dapat sampai kepada ummat melalui jalan Sahabat R.A

   Ahlul Bid'ah wal Ahwa' berusaha mencela dan mencerca para sahabat RA, demikian pula Rasulullah SAW telah memuji sahabat RA. Dengan mencontoh para sahabat RA maka kita akan mampu benar-benar mewujudkan syariat islam. Para sahabat RA adalah generasi terbaik ummat ini sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW di dalam sebuah hadits:

"Sebaik-baik manusia adalahh generasiku kemudian setelah mereka kemudian setelah mereka" (HR. Al-Imam Al-Bukhari No. 2457, 2458 dan Al-Imam Muslim No. 4600, 4601, 4602 dari sahabat Abdullah bin Mas'ud dan Abdullah bim 'Amr bin 'Ash

Allah Ta'ala memilih Nabi Muhammad SAW karena hati beliau adalah hati yang paling baik dan paling suci, demikian pula Allah Ta'ala memilih sahabat Radhiallahu'anhum dikarenakan sahabat memiliki hati yang baik, hati yang suci dan bersih. Para sahabat Radhiallahu'anhum adalah satu-satunya generasi yang mendapatkan jaminan dan kepastian dari Allah Ta'ala dan mendapatkan keridhoan-Nya. Allah Subhanahu wata'ala berfriman (yang artinya) :

"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar." (QS. At-Taubah: 100)

   Maka di dalam Tarikh Ash Shahabah, terdaapat berbagai macam pelajaran dan ibrah sebagai bekal dan nasihat untuk orang-orang yang datang setelah mereka Ridhwanullah 'alaihin ajma'in. Para ulama sering kali memberikan nasihat agar kita sering dan banyak membaca biografi para sahabat Rasulullah, karena di dalam sejarah dan kepribadian para sahabat-sahabat Rasulullah merupakan bukti nyata oleh sahabat RA, sehingga di dalam sejarah yang pernah ditempuh oleh para sahabat terdapat berbagai macam fawaid, durus dan ibrah (faidah-faidah, pelajaran dan hikmah) yang tidak akan pernah mungkin seorang Muslim dan Mukmin merasa puas, tetapi akan selalu merasa kurang. Semakin sering dia membaca biografi para Sahabat RA maka akan semakin tinggi keimanan yang ada di dalam hatinya. Semakin kita mendekati dengan sejarah sahabat Rasulullah SAW maka semakin tinggi tingkat keimanan kita.

   Tatkala keikhlasan kita mulai terkikis kemudian membaca keikhlasan para sahabat Rasulullah tentu kita akan terdorong untuk mengikuti jejak mereka, ketika kita kurang dalam bersabar dan kurang bersemangat dalam menuntut ilmu kemudian kita membaca sejarah sahabat Rasulullah bagaimana kesabaran dan semangat mereka dalam menuntut ilmu. Ketika kita kurang rela berkorban untuk membela dakwah dan meninggalkan kalimat Allah Ta'ala setelah membaca biografi mereka maka akan semakin besar semangat kita untuk membela agama Allah Azza Wajalla. 

   Diantara satu pelajaran penting yang pernah diajarkan oleh para Rasulullah adalah semangat mereka untuk mencari hidayah dan semangat mereka untuk menjaga hidayah tersebut ada di dalam diri mereka. Menjaga hidayah yang telah diberikan Allah Ta'ala sebagai bentuk nikmat yang tersebar agar tetap diberikan oleh Allah Ta'ala dan tidak dicabut oleh-Nya.

Karena ketika dia mencintai sahabat Rasulullah berarti dia mencintai Rasulullah SAW beserta sunnahnya, dan ketika dia membenci sahabat artinya dia membenci Rasulullah SAW beserta sunnahnya

 

Banyak sekali kisah yang mungkin kita bisa baca seperti kisa Ja'far bin Abi Thalib dan para sahabat yang lain hijrah ke Habasyah demi menjaga hidayah agar tidak terlepas. Kisah Bilal bin Abi Rabah yang disiksa dan dianiaya agar hidayah agar tidak terlepas. Kisah Bilal bin Abi Rabah yang disiksa dan dianiaya agar hidayah tidak terlepas dari dirinya. Ammar bin Yasir demikian juga istrinya Sumayyah (Syahidah yang pertama) rela melepaskan dan meregang nyawa agar menjaga hidayah tidak terlepas dari hatinya.

   Diantara sahabat yang telah melakukan perjalanan yang cukup jauh, mengorbankan waktu dan pikiran, membuang dunia dan hartanya hanya untuk mendapatkan ketenangan hati untuk mencari hidayah. Penderitaan begitu banyak dia rasakan untuk mencari hidayah dan keselamatan dunia dan akhirat. Dialah Salman Al Farisi R.A.

   Al-Imam Ahmad ibnu Hanbal Rahimahumullah meriwayatkan kisah ini dalam sebuah hadits di dalam Musnadnya. Allah menjaga Islam ini akan tetap murni dengan diberikannya sebuah keistimewaan untuk ummat Islam, yakni ilmu sanad (rangkaian sanad). Antara Nabi Sallahu'alaihi wasallam hingga kalangan para ulama terdapat mata rantai yang tidak terputus. Sehingga kita benar-benar mampu mempertanggungjawabkan secara ilmiah bahwa setiap hadits Nabi Saw yang shahih merupakan sabda dari nabi kita Muhammad Saw. Diantaranya adalah seperti yang disebutkan oleh Imam Ahmad di sini, kisah Salman Al Farisi R.A lengkap dengan sana.

"Menyampaikan kepada kami dari Ya'qud (yaitu guru Imam Ahmad), menyampaikan kepada kami dari ayahna, dari Muhammad Ibnu Ishaq, menyampaikan kepada kami dari gurunya yaitu 'Ashim ibnu Umar ibnu Qatadah Al Anhari, dari Mahmud bin Najih, dari Abdullah ibnu Abbas R.A..

Seluruh rawinya (orang yang meriwayatkan kisa ini) adalah imam tsiqah (terpercaya) yang hafalannya benar-benar kuat.

...Dari Abdullah ibnu Abbas R.A, ia berkata: Menyampaikan kepadaku Salman Al Farisi R.A langsung dari bibirnya ... Boleh hukumnya kita bercerita tentang perjalanan kita mendapatkan hidayah, seperti bercerita ... Dahulu pernah ikutan Jamaah Tabligh, Shufi, Hizbut Tahrir atau Ikhwanul Muslimin lalu ia mendapatkan hidayah mengenal kajian Salaf. Boleh menceritakan dan bukan merupakan suatu hal yang aib untuk diambil pelajaran dan bersyukur kepada Allah Ta'ala agar kita membenci kesesatan dan kebodohan. Kebiasan para sahabat Rasulullah setelah shalat shubuh duduk di serambi masjid an Nabawi, bercerita tentang masa-masa jahiliyah disaat-saat mereka belum mengenal Islam dan hidayah.

 
Tags :
10

Bagikan :


Baca Juga

Jadwal Kajian
Sahabat Nabi SAW Generasi Terbaik Umat Islam