Etika Bercakap-cakap
Easystem   15 September 2018   Dibaca 913 kali  

Karena itu, inilah beberapa etika yang perlu diperhatikan agar percakapan kita menjadi berfaedah dan penuh dengan hikmah:

1.  Berbicara santun, tidak nyerocos sendiri.

Tak jarang ada seorang yang banyak bicara mengenai segala hal tanpa ada manfaatnya, seolah-olah dialah yang paling tahu dan ahli dalam segala bidang. Ia menganggap diamnya orang di depannya menandakan ia kagum dengan pembicaraannya, sehingga ia pun memperpanjangnya. Dari abu Tsa'labah al-Khusyani, Rasulullah bersabda:

"Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat denganku di akhirat adalah yang terbaik akhlaknya di antara kalian dan yang paling jauh dariku di akhirat adalah yang paling jelek akhlaknya; yang banyak bicara, yang sombong lagi suka mengejek orang."

Berkata Syaikh Abdurrahman as-Sa'di, "Sesungguhnya adab syar'i dan kesopanan menurut kebiasaan orang adalah dengan memberi kesempatan yang lain berbicara, karena mereka semua memiliki bagian untuk itu. Kecuali bagi anak-anak kecil (pemula) dengan orang-orang tua, hendaknya mereka memelihara adab dengan tidak berbicara, kecuali sebagai bentuk jawaban untuk yang lainnya."

2.  Tidak bicara mengangkat diri sendiri hanya sekadar untuk suatu kebanggaan.

Termasuk dalam hal ini adalah membicarakan perihal kecerdasan anaknya, kekayaan suaminya atau tentang kegesitan istrinya mengatur rumah tangga. Pada asalnya memuji diri sendiri adalah terlarang, sebagaimana firman Allah dalam surat an-Najm ayat 32. An-Nawawi berkata, "Ketahuilah, bahwa menyebut kebaikan diri sendiri ada dua macam, ada yang tercela dan ada yang terpuji. Yang tercela yaitu ia menceritakannya untuk kebanggan, menampakkan kelebihan dan tampil beda dengan yang lain atau semisal itu. Yang terpuji jika hal itu diceritakan untuk suatu kemaslahatan agama seperti, amar ma'ruf nahi mungkar, menasihati, mengajar, mendidik, memberi wejangan, mengingatkan, meendamaikan antara dua orang, menghindarkan diri dari bahaya dan semisal itu. Dengan menyebutkan kebaikan-kebaikan tersebut ia meniatkan agar pendapatnya akan mudah diterima dan dapat dijadikan teladan."

3.  Hati-hati ketika bicara agar tidak menyinggung perasaan orang yang diajak bicara.

Berkata Amr bin al-Ash, "Ketergelinciran kaki adalah tulang yang bisa di luruskan, sedang ketergelinciran lisan tidak meninggalkan (orang yang hidup kecuali akan dibinasakan) dan tidak membiarkan (orang mati kecuali pasti akan dihidupkan kembali)."

4.  Tidak terlalu banyak bertanya yang tidak perlu atau terlalu cepat menjawab suatu pertanyaan.

Termasuk aib bagi seseorang jika ia terlalu cepat menjawab suatu pertanyaan sebelum yang bertanya menyelesaikan soalnya, atau menjawab pertanyaan yang di tujukan kepada orang lain, bukan kepada dirinya. Umar bin Abdul Aziz berkata, "Ada dua perangai yang tidak akan menjauhkan kamu dari kebodohannya yaitu, terlalu cepat berpaling dan menjawab."

5.  Bicara sesuai dengan situasi dan kondisi majelis.

Tidaklah layak jika seseorang bergurau di kala tema pembicaraan sangat serius atau berusaha membuat orang tertawa di kala situasi sedang sedih. Berkata Syaikh as Sa'di, "Termasuk adab yang baik adalah berbicara dengan setiap orang sesuai dengan keadaan dan kedudukannya. Berbicara dengan ulama dengan belajar, mengambil manfaat dan menghormatinya. Dengan para penguasa danpemimpin adalah dengan menghormati dan berbicara lembut serta sopan yang sesuai dengan kedudukan mereka. Dengan saudara dan sahabat adalah perkataan yang baik, bertukar pikiran tentang agama dan dunia serta bermuka ceria yang dapat menghilangkan kekakuan dan menghiasi majelis. Tidak mengapa bercanda asalkan jujur. Dengan para murid adalah dengan memberi manfaat. Dengan keluarga dan kerabat adalah mengajari mereka kemaslahatan agama dan dunia, pendidikan rumah tangga dan menganjurkan mereka melakukan amalan yang bermanfaat buat mereka dengan dibarengi wajah ceria dan gurau,karena merekalah orang yang paling berhak dengan kebaikanmu. Dan kebaikan terbesar adalah mempergauli mereka dengan baik. Dengan para faqir miskin,berbicara dengan tawadhu', merendahkan diri dan menjauhi mengangkat diri serta bicara sombong terhadap mereka."

7.  Ketahui jika lawan bicara bosan.

Ibnu Mas'ud berkata, "Ajaklah bicara orang selama ia menghadapkan diri kepadamu dengan pendengarannya dan memperhatikanmu dengan pandangannya. Jika engkau melihat mereka bosan, maka berhentilah bicara."

8.  Menghargai pembicaraan seseorang sekalipun ia lebih tahu tentang hal itu

Mu'adz bin Sa'd al-A'war berkata, "Saya pernah duduk di samping Atha' bin Abi Rabah. Lalu ada seorang yang menyampaikan suatu hadits, lantas ada yang meremehkan haditsnya. Atha' pun marah seraya berkata, "Perangi apa ini?! Sungguh, saya mendengar hadits dari orang lain sedangkan saya lebih mengetahui tentang hadits tersebut, tetapi saya perlihatkan kepada orang itu seolah-olah saya tidak tahu apa-apa."

9.  Tidak mninggalkan teman duduknya hingga menyelesaikan pembicaraan.

Abu Mijlaz berkta, "Jika ada seseorang yang duduk dengan maksud menyampaikan sesuatu kepadamu, maka janganlah beranjak sampai engkau meminta izinnya."

10.  Jangan terlalu cepat memvonis.

Tatkala saudaranya berbicara tentang sesuatu, ia lantas mengucapkan , "Bukan begitu", "Itu bohong!" dan semisalnya. Abdullahbin Amr bin al-Ash berkata, "Ada tiga orang dari Quraisy yang paling baik akhlaknya, paling putih wajahnya dan paling pemalu. Jika kalian ceritai mereka, mereka tidak akan mendustakan kalian. Jika kalian menceritakan sesuatu yang benar atau keliru, mereka tidak lantas mendustakannya; merekalah Abu Bakar, Utsman bin Affan dan Abu Ubaidah bin al-Jarrah."

11.  Berusaha bercakap-cakap dengan anak-anak kecil

Untuk melatihnya berbicara, menambah pengalaman dan pengtahuan mereka, menguatkan akal mereka dan menambah keberanian serta percaya diri mereka.

12.  Tidak mengeraskan suara tatkala berada di dalam majelis. (QS. Luqmn ayat 19)

13.  Hindari banyak membicarakan wanita.

Ahnaf bin Qais berwasiat, "Jauhkanlah majelis kita dari membicarakan wanita dan makanan. saya tidak suka orang yang gemar menyifati kemaluan dan perutnya."

Walhamdulillah.

 

Bagikan :