Dialog Nabi Musa dan Fir’aun
Easystem   12 September 2018 | update 15 September 2018   Dibaca 1179 kali  

Bergegas Nabi Musa dan Nabi Harun melangkahkan kaki berdua menjalankan tugas yang Allah embankan kepada keduanya. Rasa was-was dan kecemasan memang tak begitu gampang untuk keduanya lupakan begitu saja. Mengingat raja Fir'aun yang jahat, penindas dan merupakan lambang kezaliman zaman itu mempunyai kekuasaan yang tak terbatas di bumi Mesir. Dirinya membawahi ribuan tentara yang setia dan siap siaga dalam segala keadaan untuk melaksanakan segala apa yang diperintahkannya. Oleh karena itu, keduanya minta kepada Allah agar diteguhkan pendirian dalam menunaikan tugas berat tersebut.

قَالا رَبَّنَا إِنَّنَا نَخَافُ أَنْ يَفْرُطَ عَلَيْنَا أَوْ أَنْ يَطْغَى

Keduanya berkata,"Ya Rabb kami, sesungguhnya kami takut ia (Fir'aun) memberikan siksaan pada kami atau sombong." (QS. Thaha[20]:45)

Dalam keadaan yang demikian, maka Allah menenangkan keduanya dan memantapkan langkah keduanya untuk berani menghadapi Fir'aun dengan berfirman:

قَالَ لَا تَخَافَا إِنَّنِي مَعَكُمَا أَسْمَعُ وَأَرَى

Allah berfirman, "Janganlah kamu berdua takut. sesungguhnya Diriku bersama kalian berdua (menjaga dari marabahaya). Aku mendengar dan aku melihat." (QS. Thaha[20]:46)

Ada beberapa pendapat dari kalangan ahli sejarah tentang keberangkatan Nabi Musa dan Nabi Harun ke Istana Fir'aun. Sebagian ahli menyatakan hanyalah mereka berdua saja yang berangkat. Namun sebagian lagi mengatakan bahwa keduanya ditemani para tokoh bani Isra'il yang telah dihimpun sebelumnya. Wallahu A'lam.

NABI MUSA BERTEMU FIR'AUN

Walaupun rombongan Nabi Musa dan Harun sudah sampaidi pintu Istana, ternyata tidaklah mudah untuk bisa langsung bertemu dengan Fir'aun. Terlebih lagi diri Nabi Musa bukan lagi putra mahkota, sebagaimana sepuluh tahun yang lalu. Penjaga pintu tak akan membukakan pintu tanpa seizin Raja Fir'aun. Bila sang raja tak berkenan menemuinya, mereka tak segan-segan mengusir tamu yang telah datang.

 Setelah beberapa waktu lamanya menunggu, akhirnya Raja Fir'aun mengizinkan mereka masuk. Begitu masuk  di hadapan Fir'aun, Nabi Musa langsung membuka pembicaraan. Mulanya beliau kenalkan siapa dirinya dan saudaranya, Nabi Harun. Kemudian berlanjut memaparkan tentang maksud dan tujuan mereka berdua menghadap Fir'aun. Beliau mengajak Raja Fi'aun agar kembali ke jalan yang benar, dengan tunduk menyembah kepada Allah semata serta menjauhi penghambaan kepada selain Allah. Sebab, tidaklah pantas bagi siapa pun untuk membuat tandingan untuk disejajarkan dengan Allah, Sehingga tandingan tadi layak di sembah dan dimintai pertolongan. Baik Nabi Musa atau Nabi Harun, keduanya bercerita panjang lebar tentang rububiyah Allah, asal kejadian manusia dan tempat kembalinya kelak, tentang janji-janji Allah bagi siapa yang mau taat pada perintah-Nya dan ancaman yang pedih bagi siapa saja yang melampaui batas terhadap larangan-Nya. Dan sebagai penutup, Nabi Musa mengingatkan Fir'aun agar dirinya menyudahi kezaliman dan penindasannya terhadap bani Isra'il. Beliau menghimbau agar Fir'aun mempekerjakan mereka sesuai dengan kemampuan mereka, bukan memaksa mereka pada suatu pekerjaan berat yang sebenarnya mereka tak sanggup melakukannya.

TANGGAPAN RAJA FIR'AUN

Sebagai seorang raja yang berkuasa, ternyata Fir'aun memandang sebelah mata terhadap nasihat-nasihat Nabi Musa dan Harun. Kesan angkuh dan congkak lebih menguasainya daripada menerima nasihat tersebut. Di mata Fir'aun Nabi Musa hanyalah bayi kemarin sore, yang tak layak di dengar ocehannya. Fir'aun malah merasa berjasa dalam kepengasuhan Nabi Musa sebelum kabur meninggalkan istana.

(19) قَالَ أَلَمْ نُرَبِّكَ فِينَا وَلِيدًا وَلَبِثْتَ فِينَا مِنْ عُمُرِكَ سِنِينَ(18)وَفَعَلْتَ فَعْلَتَكَ الَّتِي فَعَلْتَ وَأَنْتَ مِنَ الْكَافِرِينَ

Fir'aun berkata, "Bukankah kami telah mengasuhmu di antara keluarga kami, waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu. Dan kamu telah berbuat suatu perbuatan (Pembunuhan orang Qibthi) dan kamu termasuk orang-oranng yang tidak membalas budi?" (QS. asy-Syu'ara[26]:18-19)

Nabi Musa menyanggah pernyataan Fir'aun tersebut. Beliau berkata, "Tentang kepengasuhanmu padaku, sesungguhnya itu tidaklah sepadan dengan kebengisanmu pada sekian banyak dari kaumku, yaitu bani Isra'il. Diriku satu-satunya yang mendapatkan kenikmatan, sementara ribuan kaumku telah engkau perbudak dan pekerjakan secara paksa." Selanjutnya Fir'aun berkata, "Siapakah Rabb kalian wahai Musa?" Nabi Musa menjawab, "Rabb kami adalah yang menciptakan segala sesuatu. Dia menentukan ketentuan (takdir) makhluk-Nya, baik rezekinya, amalnya maupun ajalnya. Dia menulis hal itu di Lauh Mahfuzh. Kemudian Allah memberi petunjuk setiap makhluk kepada apa yang telah Allah takdirkan. Semua akan berjalan bersesuaian dengan takdir-Nya, tak akan meleset sedikit pun." Fir'aun balik bertanya, "Kalaulah Rabbmu yang memberi petunjuk, lantas bagaimana keadaan orang terdahulu? Kenapa diantara mereka ada yang tidak mendapatkan petunjuk? Di antara mereka ada yang menyembah selain-Nya?" Nabi Musa menjawab, "Orang-orang terdahulu itu sebenarnya sudah ada yang memberi petunjuk pada mereka, namun mereka memilih jalan lain yang bersesuaian dengan hawa nafsu mereka. Dan sekalipun mereka tidak menyembah kepada Allah, amalan mereka semuanya tetap tertulis di sisi Allah yang nantinya akan Allah balas sesuai dengan apa yang mereka kerjakan itu. Dan sungguh, hal itu sebagai pelajaran bagi Anda agar tak meniru mereka."

FIR'AUN NAIK PITAM

Penjelasan Nabi Musa dan Nabi Harun yang begitu gamblang dan sesuai dengan rasio (akal), hati nurani maupun inderawi itu tak begitu banyak berpengaruh dan menjadikan hati Fir'aun tersentuh. Bahkan ia menolak mentah-mentah, sekalipun tak kuasa untuk membantahnya. Hatinya telah keras walaupun batinnya sendiri telah menerima.

وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا ۚ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ

Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka), padahal hati mereka meyakini (kebenaran), Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan. (QS. an-Naml[27]: 14)

 

Bagikan :