Permainan Tradisional Yang Hampir Punah
eaSYstem   23 Januari 2018   Dibaca 3087 kali  

          Belakangan ini permainan Tradisional yang dulu sangat digemari oleh anak-anak Indonesia yang hampir setiap hari kita temui di desa-desa di seluruh indonesia, perlahan telah hilang ditelan oleh zaman, anak-anak zaman sekarang yang terkenal dengan nama "KID ZAMAN NOW" tidak lagi memperdulikan tradisi di Indonesia yaitu Permainan-Permainan Tradisional mereka asyik dengan dunia mereka sendiri.

          Anak-anak zaman sekarang lebih senang bermain di depan smartphone mereka, meraka bermain di hp mereka permainan pasif yang tidak mengeluarkan kringat dan hanya merusak mata, tidak dengan permainan tradisional yang sangat baik untuk tumbuh kembangnya anak-anak karena memerlukan banyak gerakan dan mengeluarkan banyak kringat sangat baik untuk ketahanan tubuh anak-anak.

         Permainan Tradisional sangat dibutuhkan oleh anak-anak karena permainan tradisinal banyak yang menggunakan bahan dari alam seperti terbuat dari bambu, kardus, karet dan lain sebagainya itu sangat bagus untuk perkembangan daya motorik anak dan dapat menumbuhkan kekreatifan anak itu sendiri.

Berikut permainan anak-anak yang hampir Punah Ditelan Zaman beserta gambarnya:

1.Permainan Meriam Bambu

        Meriam bambu merupakan salah satu permainan tradisional melayu khas cukup populer serta dikenal di berbagai daerah – daerah melayu, bahkan hampir di seluruh wilayah nusantara pada umumnya. Selain disebut dengan istilah Meriam bambu, di berbagai daerah permainan ini dikenal juga dengan nama bedil bambu, mercon bumbung, long bumbung, dan seterusnya. Permainan bedil bambu ini biasanya dimainkan oleh anak – anak laki-laki dalam rangka memeriahkan bulan puasa menjelang hari raya, dan peringatan hari besar agama maupun adat.

2.Permainan Gatrik 

          Gatrik atau Tak Kadal pada masanya pernah menjadi permainan yang populer di Indonesia. Merupakan permainan kelompok, terdiri dari dua kelompok.

          Permainan ini menggunakan alat dari dua potongan bambu yang satu menyerupai tongkat berukuran kira kira 30 cm dan lainnya berukuran lebih kecil. Pertama potongan bambu yang kecil ditaruh di antara dua batu lalu dipukul oleh tongkat bambu, diteruskan dengan memukul bambu kecil tersebut sejauh mungkin, pemukul akan terus memukul hingga beberapa kali sampai suatu kali pukulannya tidak mengena/luput/meleset dari bambu kecil tersebut. Setelah gagal maka orang berikutnya dari kelompok tersebut akan meneruskan. Sampai giliran orang terakhir. Setelah selesai maka kelompok lawan akan memberi hadiah berupa gendongan dengan patokan jarak dari bambu kecil yang terakhir hingga ke batu awal permainan dimulai tadi. Makin jauh, maka makin enak digendong dan kelompok lawan akan makin lelah menggendong.

3.Permainan Pletokan

        Pletokan adalah sebuah nama senjata mainan yang terbuat dari bambu, dan pelurunya terbuat dari kertas yang dibasahkan, atau biji jambu atau kembang. Permainan ini merupakan permainan khas masyarakat Betawi. Pada masyarakat Sunda, mereka menyebut pletokan dengan bebeletokan, sedangkan di Probolinggo dan Madura , mereka menyebutnya dengan tor cetoran. Permainan ini, biasanya dimainkan oleh anak laki-laki berumuran 6-13 tahun. Mereka yang memainkan permainan ini, seolah-olah sedang menjadi orang yang berada dalam pertempuran, dan terkadang, mereka memainkan permainan ini untuk menirukan adegan film. Dengan peluru yang terbuat dari benda yang tidak berbahaya, membuat permainan ini sangat aman dan bahkan dapat dikatakan gratis, karena terbuat dari bambu.

 

4.Permainan Gasing atau Panggalan

       Gasing (atau juga disebut Gangsing) adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkesetimbangan pada suatu titik. Gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali. Selain merupakan mainan anak-anak dan orang dewasa, gasing juga digunakan untuk berjudi dan ramalan nasib.

        Sebagian besar gasing dibuat dari kayu, walaupun sering dibuat dari plastik, atau bahan-bahan lain. Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian badan gasing. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon, sedangkan tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing berbeda-beda bergantung pada panjang lengan orang yang memainkan.

        Gerakan gasing berdasarkan efek giroskopik. Gasing biasanya berputar terhuyung-huyung untuk beberapa saat hingga interaksi bagian kaki (paksi) dengan permukaan tanah membuatnya tegak. Setelah gasing berputar tegak untuk sementara waktu, momentum sudut dan efek giroskopik berkurang sedikit demi sedikit hingga akhirnya bagian badan terjatuh secara kasar ke permukaan tanah.

5.Permainan Ular Naga Panjang

        Ular Naga adalah satu permainan berkelompok yang biasa dimainkan anak-anak Jakarta di luar rumah di waktu sore dan malam hari. Tempat bermainnya di tanah lapang atau halaman rumah yang agak luas. Lebih menarik apabila dimainkan di bawah cahaya rembulan. Pemainnya biasanya sekitar 5-10 orang, bisa juga lebih, anak-anak umur 5-12 tahun (TK - SD).

6.Permainan Boi-Boian

         Boi-boian adalah permainan tradisional yang berasal dari jawa. Permainan ini biasanya dimainkan oleh anak laki-laki dan perempuan. Anak-anak pedesaan sering memainkannya pada sore hari. Kita tidak pernah lagi menjumpai permainan tradisional ini. Boi-boian hampir sama dengan permainan bowling. Kita harus melempar bola ke sasaran yang akan dituju. Untuk membuat bola, kita bisa menggunakan kertas yang digulung kemudian diikat dengan karet gelang atau kita bisa menggunakan bola kasti. Setelah itu, kita mengumpulkan pecahan batu atau genteng yang nantinya akan disusun menjadi piramida.

7.Permainan Bakiak

         Bakiak panjang atau yang sering disebut terompa galuak di Sumatera Barat adalah terompah deret dari papan bertali karet yang panjang. Sepasang bakiak minimal memiliki tiga pasang sandal atau dimainkan tiga anak.

          Bakiak sebenarnya permainan tradisional anak-anak di Sumatera Barat. Anak-anak dari Sumatera Barat yang dilahirkan hingga pertengahan tahun 1970-an, sering dan biasa memainkan bakiak atau terompah panjang ini. Bahkan, bakiak panjang ini menjadi salah satu mata acara permainan yang dilombakan dalam 17 Agustusan di tingkat kelurahan dan kecamatan. Sayangnya, permainan tradisional ini tidak lagi dikenal dan dimainkan oleh anak-anak jaman sekarang. Padahal permainan tradisional ini bermanfaat untuk melatih kekompakan, konsentrasi dan menyenangkan

8.Permainan Engkleng atau Engklek

        Engkleng atau Engklek adalah permainan tradisional yang sering dimainkan anak-anak yang berumur 6 - 12 tahun. Di beberapa daerah lain disebut juga permainan taplak (taplak gunung, taplak meja), teklek, ingkling, sundamanda, sundah mandah dll. Permainan ini dapat dimainkan dengan beberapa anak. Biasanya mencapai 5 anak dengan menunggu giliran masing – masing. Tempat bermain biasanya di halaman rumah yang membutuhkan lahan yang luas. Engklek biasa dimainkan pada waktu pagi sampai sore hari.

         Permainan engklek sangat baik untuk pertumbuhan anak. Anak menjadi sehat karena dalam bermain harus selalu aktif bergerak. Juga dapat mengasah kejelian saat melempar batu dan belajar menjaga keseimbangan saat melompat. Sosialisasi dengan kawan saat bermain juga dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan keceriaan.

9.Permainan Mobil-mobilan

         Permainan mobil-mobilan. Dahulu anak laki-laki sangat senang bermain mobil-mobilan. Ada banyak jenis mobil-mobilan, merekapun biasanya membuatnya dari berbagai macam bahan seperti, kayu atau bekas kulit buah jeruk bali. Karena pada zaman dahulu belum ada teknologi canggih untuk mobil-mobilan.

10.Permainan Bentengan

         Benteng adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing-masing terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang, batu atau pilarsebagai "benteng"

11.Permainan Kelereng atau Gundu

Kelereng dengan berbagai sinonim gundukenekerkeliciguli adalah bola kecil dibuat dari tanah liat, marmer atau kaca untuk permainan anak-anak. Ukuran kelereng sangat bermacam-macam. Umumnya ½ inci (1.25 cm) dari ujung ke ujung. Kelereng kadang-kadang dikoleksi, untuk tujuan nostalgia dan warnanya yang estetik.

12.Permainan Lompat Tali

         Permainan lompat tali adalah permainan yang menyerupai tali yang disusun dari karet gelang, ini merupakan permainan yang terbilang sangat populer sekitar tahun 70-an sampai 80-an, menjadi favorit saat “keluar main" di sekolah dan setelah mandi sore di rumah. Sederhana tapi bermanfaat, bisa dijadikan sarana bermain sekaligus olahraga. Tali yang digunakan terbuat dari jalinan karet gelang yang banyak terdapat di sekitar kita. Cara bermainnya bisa dilakukan perorangan atau kelompok, jika hanya bermain seorang diri biasanya anak akan mengikatkan tali pada tiang atau apa pun yang memungkinkan lalu melompatinya. Jika bermain secara berkelompok biasanya melibatkan minimal tiga anak, dua anak akan memegang ujung tali; satu dibagian kiri, satu lagi dibagian kanan, sementara anak yang lainnya mendapat giliran untuk melompati tali. Tali direntangkan dengan ketinggian bergradasi, dari paling rendah hingga paling tinggi. Yang pandai melompat tinggi, dialah yang keluar sebagai pemenang. Sementara yang kalah akan berganti posisi menjadi pemegang tali. Permainan secara soliter bisa juga dengan cara skipping, yaitu memegang kedua ujung tali kemudian mengayunkannya melewati kepala sampai kaki sambil melompatinya.
         Sebenarnya permainan lompat tali karet sudah bisa dimainkan semenjak anak usia TK ( sekitar 4 – 5 tahun ) karena motorik kasar mereka telah siap, apalagi bermain lompat tali dapat menjawab keingintahuan mereka akan rasanya melompat. Tapi umumnya permainan ini memang baru populer di usia sekolah ( sekitar 6 tahun ). Jenis permainan lompat tali terbagi menjadi dua : Lompat kaki yang bersifat santai dan yang bersifat sport / olahraga. Lompat tali yang santai biasanya dimainkan oleh anak perempuan sedangkan yang sport / olahraga dimainkan oleh anak laki – laki. Dengan kata lain, permainan lompat tali tersebut bisa dimainkan oleh laki – laki maupun perempuan tanpa memandang gender.

13.Permainan layang-layang

            Layang-layanglayangan, atau wau (di sebagian wilayah Semenanjung Malaya) merupakan lembaran bahan tipis berkerangka yang diterbangkan ke udara dan terhubungkan dengan tali atau benang ke daratan atau pengendali. Layang-layang memanfaatkan kekuatan hembusan angin sebagai alat pengangkatnya. Dikenal luas di seluruh dunia sebagai alat permainan. Layang-layang diketahui juga memiliki fungsi ritual, alat bantu memancing atau menjerat, menjadi alat bantu penelitian ilmiah, serta media energi alternatif.

 

 
 
Tags :
permainan tradisional

Bagikan :