Saudara pembaca yang budiman, sesungguhnya termasuk aqidah AhlusSunnah wal Jama'ah adalah mengimani keberadaan makhluk Allah yang bernama Jin. Jin adalah sesuatu yang telah diketahui secara pasti yang keberadaannya tidak mungkin diingkari. Allah telah menurunkan satu surat utuh berbicara tentangnya dalam al-Qur'anul Karim (yakni surat al-Jin). Demikian pula Rasulullah dalam beberapa hadits yang shohih juga telah membicarakan dan mengabarkan tentang keislaman dan keberadaan mereka. Oleh karena itu, apabila ada orang yang mengingkari keberadaan jin ini maka sungguh dia telah mengingkari keterangan yang datang dari al-Qur'an dan as-Sunnah yang shohih. Semoga Allah memberi taufiq kepada kami di dalam membahasnya dan memberikan tambahan ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
Pengertian Jin
Jin dari segi bahasa berasal dari lafazh ijtinan, yang berarti istitar (tersembunyi). Syaikh Ahmad bin Yusuf, menjelaskan bahwa setiap kata yang terbentuk dari huruf jim, nun, dan nun menunjukkan arti tertutup/tersembunyi. Seperti kata: الجني (Jin), الجنة (Surga), gila, tameng dan bakal bayi; semuanya menunjukkan makna yang sama yaitu tersembunyi/tertutup. Dinamakan Jin karena mereka tersembunyi/tertutup dari pandangan mata kita. Dinamakan Jannah kerena banyaknya tanaman dan pepohonan di dalamnya sehingga menutupi tanahnya. Dinamakan Junun karena akalnya tertutup. Dinamakan Mijan karena ia digunakan untuk menutupi dan melindungi badan (dari senjata musuh). Dan dinamakan Janin karena ia tersembunyi di dalam rahim. (Lihat 'Umdatul Huffazh fi Tafsiri Asyrofil-Alfazh: 1/348-350).
Asal Penciptaan Jin
Wahai saudaraku, semoga Allah merahmati dan memberkahimu, ketahulah bahwasanya jin itu diciptakan oleh Allah dari api. Allah telah menjelaskannya dalam firman-Nya:
وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ
Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas. (QS. al-Hijr[15]: 27)
Lihat pula firman Allah dalam QS. ar-Rohman [55]: 15.
Adapun dalil dari hadits, Ummul-Mukminin Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda (artinya): "Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api dan Adam diciptakan dari apa yang telah disifatkan kepada kalian (yaitu dari tanah)." (HR. Muslim: 2996).
Tempat Tinggal dan Makanan Jin
Makanan Jin adalah setiap tulang yang disebut nama Allah saat penyembelihannya. Dalilnya, hadits dari Abdullah bin Mas'ud bahwa Rasulullah bersabda (artinya): "Seorang penyeru dari bangsa jin mendatangiku, maka aku pun pergi bersamanya, kemudian aku membacakan al-Qur'an kepada mereka." Maka Abdullah bin Mas'ud berkata: "Beliau pun pergi bersama kami, kemudian memperlihatkan bekas-bekas dan perapian mereka." Mereka meminta bekal kepada Nabi, maka beliau bersabda: "Bagi kalian adalah setiap tulang yang disebut nama Allah (saat penyembelihannya), tulang tersebut akan menjadi lebih banyak dagingnya di tangan kalian dan setiap kotoran hewan adalah makanan ternak-ternak kalian." Lalu Rasulullah bersabda (artinya): "Maka janganlah kalian (para sahabat.-red) beristinjak dengan keduanya karena keduanya adalah makanan bagi saudara-saudara kalian." (HR. Muslim: 450).
Adapun tempat tinggal mereka adalah sebagaimana disebutkan dalam hadits yang bersumber dari sahabat Zaid bin Arqom dari Rasulullah, bahwa beliau bersabda (artinya): "Sesungguhnya tempat-tempat buang hajat ini dihadiri (oleh Jin), maka jika salah seorang di antara kalian masuk ke dalamnya hendaklah mengucapkan (artinya): "Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari gangguan setan laki-laki dan perempuan." (HR. Abu Dawud: 6, dishohihkan oleh Syaikh al-Albani dalam ash-shohihah: 1070).
Macam-Macam Jin
Jin ditinjau dari ketaatannya kepada Allah ada dua macam:
- Jin yang mukmin (beriman)
- Jin yang kafir (durhaka)
Allah berfirman:
وَأَنَّا مِنَّا الصَّالِحُونَ وَمِنَّا دُونَ ذَٰلِكَ ۖ كُنَّا طَرَائِقَ قِدَدًا
Dan sesungguhnya di antara kami ada orang-orang yang saleh dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda. (QS. al-Jin[72]: 11)
Perhatikan juga firman-Nya dalam QS. al-Jin[72]: 14-15.
Namun bila dilihat dari pengelompokannya, mereka terdiri atas tiga golongan sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah (artinya): "Jin itu terdiri atas tiga golongan. Satu golongan memiliki sayap yang dengannya mereka terbang di udara, satu golongan berbentuk ular dan anjing, dan satu golongan yang lainnya berdiam diri di tempatnya dan melakukan pertualangan." (HR. al-Hakim dalam al-Mustadrok: 8/377, dan al-Baihaqi dengan sanad yang shohih; lihat shohibul-Jami': 3/85).
Apakah Jin Mengetahui Perkara Ghoib?
Wahai saudaraku, sesungguhnya termasuk kekhususan jin adalah mereka mampu melihat manusia dan manusia tidak mampu melihat mereka dalam bentuk aslinya. Mereka adalah makhluk yang tersembunyi dan tertutup dari pandangan manusia. Tidak seorang pun mampu melihatnya kecuali apabila mereka telah mengubah diri mereka (menjelma) dan bentuk yang lain dengan izin Allah Ta'ala.
Meskipun demikian, sebagaimana makhluk-makhluk Allah yang lain, jin tidaklah mengetahui perkara/ilmu ghoib sedikit pun (perhatikan firman Allah dalam QS. al-Jin[72]: 10).
Juga firman-Nya:
فلما قضينا عليه الموت ما دلهم على موته إلا دابة الأرض تأكل منسأته فلما خر تبينت الجن أن لو كانوا يعلمون الغيب ما لبثوا في العذاب المهين
Maka tatkala Kami telah mengatur kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, tahulah jin bahwa bahwa jika sekiranya mereka mengetahui bahwa ghaib tentulah mereka tidak akan tetap dalam siksa yang menghinakan. (QS. Saba' [34]: 14)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di menjelaskan ayat di atas: "Setan (Jin) senantiasa bekerja untuk Nabi Sulaiman. Dan sebelum itu, mereka menipu manusia dan mengabarkan kepada mereka bahwasanya mereka (bangsa jin) mengetahui perkara ghoib dan mengetahui perkara-perkara yang tersembunyi. Maka Allah berkehendak untuk memperlihatkan kedustaan mereka kepada hamba-hamba-Nya. Maka mereka tetap terus-menerus berada dalam pekerjaan mereka dan Allah Ta'ala berkenan mematikan Nabi Sulaiman sedangkan beliau tetap bertelekan pada tongkatnya. Mereka (bangsa jin) ini apabila lewat di dekat Nabi Sulaiman, karena menyangka beliau masih hidup, maka mereka menghormati lagi mengagungkan beliau... Kalau seandainya mereka mengetahui perkara ghoib, sungguh mereka akan mengetahui kematian Nabi Sulaiman, yang mereka sangat berkehendak untuk melepaskan diri dari apa yang mereka berada di dalamnya (pekerjaan yang berat dan diawasi oleh Nabi Sulaiman)." (Tafsir al-Karimir Rohman: 677).
Apakah Jin Berkuasa Untuk Mengganggu Manusia?
Wahai saudaraku, semoga Allah selalu memberkahimu, sesungguhnya jin sebagai makhluk Allah tidaklah memiliki kekuasaan untuk mengganggu manusia melainkan bila dikehendaki oleh Allah. Allah berfirman:
وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ
Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Rabb semesta alam. (QS. at-Takwir[81]: 29).
Oleh karena itu, kita diperintahkan oleh Allah agar selalu berlindung kepada-Nya dari godaan setan dari kelompok manusia atau jin; sampai-sampai ketika akan berkumpul dengan istri. Ibnu Abbas meriwayatkan dari Nabi bahwa beliau bersabda (artinya): "Bila salah satu diantara kamu mendatangi istrinya lalu membaca do'a (yang artinya): 'Dengan menyebut nama Allah, ya Allah jauhkan kami dari godaan setan dan jauhkan setan dari anak yang engkau anugerahkan kepada kami'; jikalau keduanya dianugerahi anak maka tidaklah setan membahayakannya." (HR. al-Bukhari: 3013).
Perubahan Bentuk dan Rupa Jin
Jin dapat menjelma (mengubah diri mereka) dalam beberapa bentuk dengan izin Allah.
Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah berkata: "Jin memperlihatkan dirinya seperti anjing hitam, kucing hitam, menjelma menjadi manusia, binatang seperti kala, ular, unta, sapi, kambing, kuda, keledai dan seperti burung." (Majmu' Fatawa: 19/52).
Wahai saudaraku, demikianlah yang dapat kami sampaikan dalam edisi kali ini, segala puji dan keutamaan hanyalah milik Allah semata. Dan kami berharap kepada-Nya agar senantiasa memberikan yang terbaik bagi kita semua, baik di kehidupan dunia yang fana' ini maupun di akhirat kelak.
Amin ya robbal Alamin. Wallahu A'lam.